09 Juni 2013

Fenomena Acara Perpisahan Siswa (Demi Prestasi Atau Prestise ??????)

PRESTASI Dan PRESTISE (Atau Pemborosan ????????)


Pengumuman kelulusan siswa mulai dari SD, SMP dan SMA telah selesai. Tinggallah sekarang sekolah berlomba-lomba untuk melakukan acara perpisahan dengan siswanya. Ada yang dilakukan di Hotel berbintang (Sampai bintang tujuh kali ?????), ada yang dilakukan secara meriah dengan jalan-jalan ke tempat liburan (Pantai, gunung, kolam renang, kebon binatang dll), ada yang dilakukan secara meriah di sekolah, bahkan ada yang merasa cukup dengan membaca doa syukur bersama di sekolah saja.

Pembiayaannya bagaimana ya ????????
Gampang, minta aja sama orang tua siswa. Toh semuanya untuk siswa (Apa iya sih)


Fenomena yang ada saat ini dengan merayakan kelulusan dengan berhura-hura sepertinya sudah menjadi kebiasaan dilingkungan sekolah. Baik dilakukan oleh siswa sendiri maupun yang dikoordinir oleh pihak sekolah. Setelah pengumuman kelulusan, anak-anak SMA/SMK/MA, bahkan SMP ramai-ramai berkonvoi pake sepeda motor tanpa memperdulikan peraturan berlalu lintas. Seolah-olah kebahagiaan ini hanya milik mereka yang telah lulus. Coret-coretan baju seragam mah biasa, bahkan di salah satu media cetak diberitakan ada siswa yang nekat merampas sepeda motor pada saat berkonvoi. (Ada gak ya yang sampai pesta miras, narkoba dll ?????)

Demikian juga yang dikoordinir oleh sekolah. Beberapa sekolah berlomba-lomba menyelenggarakan acara perpisahan secara meriah di hotel-hotel berbintang dengan biaya hingga puluhan juta rupiah, bahkan kadang mencapai ratusan juta rupiah yang biayanya sebagian atau bahkan seluruhnya dibebankan kepada orang tua siswa.

Pertanyaannya : Apakah semua itu salah ?????????
Tentu saja jawabnya tergantung persepsi masing-masing.

Sering kali kita mendengar masih banyak sekolah yang kekurangan ruang kelas, laboratorium dan peralatannya, atau mengalami kerusakan sehingga jangankan memenuhi standar nasional pendidikan (SNP), memenuhi standar pelayanan minimal pun tidak. Nah, ternyata sekolah lebih mendahulukan acara hura-hura tersebut dbandingkan memikirkan bagaimana pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan POKOKnya dalam membantu Pemerintah Daerah dengan memanfaatkan dana masyarakat untuk meningkatkan proses pembelajaran mengingat adanya keterbatasan kemampuan pemerintah dalam hal pembiayaan.

Tidak salah juga apabila sekolah menyelenggarakan acara perpisahaan sebagai wujud syukur telah mampu mengantar siswa nya hingga memperoleh ijazah dan bekal untuk memperoleh jenjang pendidikan berikutnya, bahkan untuk menghadapi persaingan dunia kerja (khusus yang dari SMK). Sayangnya wujud syukur tersebut sering ternodai dengan penyelenggaraan yang lebih mementingkan hura-hura dan tidak penting (Kalo untuk prestise sih barang kali perlu juga, apalagi sekolah yang lain lebih mewah lagi. hehehehehe .................).

Dari segi pendidikan karakter pun kurang begitu baik. Pada jenjang SD saja perpisahaan dilakukan di tempat yang mewah dengan acara hura-hura yang pada akhirnya mengajarkan siswa boros dan terbiasa dengan kehidupan hura-hura. Wajar saja pada saat jenjang SMP dan Sekolah Menengah mereka melakukan coret-coret seragam, konvoi-konvoi dll. Toh sejak SD pun mereka sudah di didik mengarah ke sana. Padalah seragam tersebut akan lebih berarti kalo disumbangkan kepada yang masih sekolah dan tidak mampu membeli seragam yang baru.

Barangkali akan lebih bijak kalo biaya yang dipungut dari orang tua tersebut dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya sehingga untuk selanjutnya akan mampu menghasilkan lulusan yang lebih bermutu.

(Renungan ini dibuat setelah mengikuti "rapat-rapatan" orang tua siswa setelah pengumuman kelulusan dimana setiap orang tua dibebankan biaya Rp. 450.000,- per siswa untuk biaya perpisahaan termasuk jalan-jalan ke Pantai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar